Free Flower Color Change2 Cursors at www.totallyfreecursors.com
LISA NURHIDAYAH XI BP 2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR

Kamis, 13 September 2018

hijrah dan istiqomah

HIJRAH adalah sebuah pilihan dalam hidup yang dimiliki semua orang tanpa terkecuali. Karena secara umum arti Hirjah berarti berpindah dari satu tempat ketempat lain atau dari satu situasi ke situasi yang lain. Maknanya ini bisa dilakukan oleh setiap orang tanpa terkecuali, baik tua maupun muda, baik yang kuat maupun yang lemah.
Sementara ISTIQOMAH, seperti judul diatas yaitu “tidak semudah membalik telapak tangan”. Karena secara umum arti Istiqomah adalah tegak & lurus. Dan tidaklah mudah untuk tegak & lurus kecuali dengan niat & tekad. Namun apakah cukup hanya dengan niat & tekad? Jawabannya adalah tidak!. Karena untuk tegak & lurus harus disertai dengan Ilmu. Dan
”ilmu tidak dapat diraih dengan bermalas-malasan” (H.R Muslim).
Sementara syaitan terus membisikan manusia untuk bermalas-malasan. Karena seperti yang diucapkan Ali bi Abi Thalib r.a bahwa
“Ilmu lebih berharga  dari harta, karena ilmu mejaga mu sementara manusia menjaga harta”.

Dari tulisan ringkas ini bisa diambil makna bahwa Hijrah adalah awal dari seseorang menuju untuk sesuatu yang lebih baik meninggalkan sesuatu yang buruk(sebelumnya). Ia adalah langkah awal menuju jalan terjal berbatu, berduri, berlubang, menanjak dan menurun. Dan Istiqomah adalah langkah-langkah berikutnya yang ditempuh menuju ujung jalan kehidupan manusia, yaitu kematian. Seseorang ketika berjalan dijalan yang lurus dan mulus tanpa ada penghalang & rintangan dia akan dengan mudah dan nyaman sampai ketujuan nya. Namun bagaimana ketika jalan yang dilalui terjal berbatu, berduri, berlubang, menanjak dan menurun??. Apakah akan semudah melalui jalan yang lurus & mulus?? Tentu saja tidak!. Itulah kenapa Istiqomah adalah inti dari seorang yang berhijrah, karena tanpa Istiqomah Hijrah seseorang tidak ada artinya. Dan Istiqomah adalah jalan untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Wallahu’alam.

Kamis, 30 Agustus 2018

SEJARAH KABUPATEN KEBUMEN




 
Sejarah rakyat
Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Sebelumnya, daerah ini sempat tercatat dalam peta sejarah nasional sebagai salah satu tonggak patriotik dalam penyerbuan prajurit Mataram di zaman Sultan Agung ke benteng pertahanan Belanda di Batavia. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer.Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo yang dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram yang bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi yang besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.

Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger/Paku Buwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan yang ada di daerah Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya.

Di dalam Babad Mataram disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta. Di dalam perang tersebut hal yang tidak masuk akal adalah ia tidak menyerah ke Pangeran Mangkubumi,yang seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi karena beliau termasuk putra Paku Buwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia bertugas sebagai mata2 penghubung antara pihak Kraton Surakarta dengan Pengeran Mangkubumi, pada tiap2 waktu ia sabagai utusan Kraton Surakarta untuk membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang tersebut yang dalam bentuk emas dan berlian yang dimasukkan di dalam sebuah Kendang besar, tidak ada satupun yang tahu, baik Belanda,para punggawa Kraton Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu berhasil menembus posisi yang dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi lagi. Demikian pada tiap2 waktu Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut, sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini ada yang menyebutkan sebagai perang Kendang. Tampaknya alasan inilah yang membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan berulangkali.